Jamur menjadi makanan primadona akhir-akhir ini. Banyak sekali orang yang membudidayakannya. Penjual berbagai olehan jamur juga menjamuri masyarakat kita dalam di tahun-tahun terakhir ini. Ada jamur Krezz, ada keripik jamur, dan kali ini yang menjadi salah satu khasnya kota Jombang adalah Lumpia jamur. Tak asing bagi kita lumpia yang dalamnya berisi mie, dengan wortel dan lain-lain, atau lumpia isi sayur rebung. Jamur menjadi isi lumpia. Inilah yang menjadi usaha dari bapak Muslich, warga Kali Malang yang outletnya ada di jalan Kusuma Bangsa dengan menyewa bagian teras rumah Rp.250.000,- setiap bulannya.
Bapak Muslich, alumni Pondok Pesantren Darul Falah Bogor ini merintis usaha berdagang lumpia jamur sejak 2 tahun yang lalu. Usaha ini ada sebagai ganti dari usaha advertising beliau yang mengalami kebangkrutan. Bapak dari dua orang putri ini memulai usaha lumpia jamurnya dengan modal Rp.270.000,-. Kini usahanya semakin berkembang, dalam bulan November ini saja beliau sudah berhasil membuka cabang di Jogoroto. Beliau mengaku ingin sekali nantinya usaha lumpia jamurnya ini membuka cabang ke daerah-daerah timur, hingga ke mojokerto dan sekitarnya.
Setiap bulannya 20 sampai 25 kg jamur kering diperlukan oleh Pak Muslich. Jamur-jamur ini beliau dapatkan dari petani jamur di jawa tengah. Wah... mengapa jauh sekali? “Karena harganya lebih murah daripada beli di Jombang,” Ungkap beliau.
Dan tahukah anda berapa harga yang ditawarka Pak Muslich untuk lumpia jamur yang nikmat?
“Harganya seribu rupiah saja,” Terang beliau dengan tenang.
“saya
tidak mau menjual terlalu mahal, karena masyarakat kita macam-macam,
dan saya ingin semua orang bisa menikmati lumpia jamur. Selain itu,
orang akan lebih kecewa jika membeli makanan mahal tetapi dirasa tidak
enak daripada orang membeli dengan harga yang tidak mahal dan dirasa
tidak inak. Jadi saya mengantisipasi hal itu.
Ketika ditanya mengapa beliau bertahan sampai 2 tahun jualan lumpia jamur, dengan ketenangan beliau menjawab, “Saya lebih tenang jualan negini daripada advertising, karena tidak dikejar tuntutan orang lain.”
Dan Pak Muslich sangat menyadari Allah akan menguji hambaNya dengan
ujian yang berbeda-beda. Ujian untuk beliau yang paling dirasakan adalah
ketika beliau harus ikhlas pembelinya batal membeli karena dagangannya
beliau tinggal untk melaksanakan sholat.
“Saya ikhlas saja, karena rezeki Allah itu sudah ditentukan. Kalau ada
pembeli tidak jadi beli karena tidak mau menunggu saya sholat ya tidak
apa-apa,” jelas lelaki yang mengaku ingin mengembangkan usahanya dengan
mempekerjakan orang-orang yang perlu kerja.
Motto hidup yang membuat hidup beliau begitu teguh prinsip adalah tekad
beliau untuk hidup mandiri dengan nilai-nilai islam. Dan beliau selalu
meyakini nasihat guru beliau agar menjadi manusia yang membuka peluang
kerja, bukan pencari kerja, agar dapat membuka lapangan pekerjaan untuk
masyarakatSumber : http://adadijombang.blogspot.com/search?updated-max=2012-01-16T04:19:00-08:00&max-results=7
0 komentar:
Posting Komentar